Sesilia, Gymnophiona atau Apoda adalah ordo amfibia
yang bertubuh serupa cacing besar atau ular. Hewan ini amat langka.
Selain karena hanya ditemukan di daerah hutan-hutan yang masih baik,
sesilia hidup di dalam tanah yang gembur, di dekat sungai atau rawa-rawa; sehingga jarang sekali didapati oleh manusia. Dalam bahasa Jawa mereka disebut ulo duwel.
Nama sesilia berasal dari bahasa Latin caecus = buta, merujuk pada matanya yang kecil atau tidak ada. Nama itu berasal dari nama taksonomis dari spesies pertaa yangdideskripsikan Carolus Linnaeus, yang diberi nama Caecilia tentaculata. Nama taksonomis ordo ini berasal dari bahasa Yunani γυμνος (gymnos, telanjang) dan οφις (ophis, ular), karena mulanya sesilia dianggap berkerabat dengan ular.
Sesilia sama sekali tidak mempunyai kaki, sehingga jenis kecil mirip cacing dan yang besar sepanjang 1,5 m mirip ular. Ekornya pendek atau tidak ada, dan kloakanya dekat ujung badan.
Kulitnya lembut dan berwarna gelap tidak mengkilap, namun beberapa jenis berwarna-warni. Di dalam kulit ada sisik dari kalsit. Karena sisik inilah, sesilia pernah dianggap berkerabat dengan Stegocephalia fosil, namun sekarang hal itu dipercaya karena perkembangan sekunder dan kedua kelompok itu tidak mungkin berkerabat.
Kulitnya juga memiliki banyak lipatan berbentuk cincin, yang sebagian
menutupi tubuhnya sehingga mereka nampak beruas-ruas. Seperti amfibia
lain, di kulitnya ada kelenjar yang mensekresikan racun untuk mengusir
pemangsa. Sekresi kulit Siphonops paulensis telah ditunjukkan memiliki sifat hemolisis.
Anatomi sesilia sangat teradaptasi pada kehidupan dalam tanah.
tengkoraknya kuat dengan moncong meruncing untuk mendesak jalan melalui
tanah atau lumpur. Pada banyak spesies, jumlah tulang di tengkorak
tereduksi dan berpadu bersama, mulutnya berada di bagian bawah kepala.
Ototnya teradaptasi untuk mendesak jalan mereak melalui tanah, dengan
kerangka dan otot dalam bertindak sebagai piston dalam kulit dan otot
luar. Hal ini memungkinkan binatang ini menambatkan ujung belakangnya di
tempat, dan mendesak kepala ke depan, lalu menarik bagian tubuh lain
untuk mencapainya dalam gelombang. Di air atau lumpur sangat cair,
sesilia berenang mirip belut. Sesilia famili Typhlonectidae
hidup di air dan juga sesili terbesar. Wakil famili ini punya sirip
berdaging di sepanjang bagian belakang tubuhnya, yang menambah kemampuan
mendorong di air.
Semua sesilia, kecuali yang paling primitif, mempunyai dua perangkat
otot untuk menutup rahang yang pada vertebrata lain ada sepasang. Hal
ini lebih berkembang lagi pada sesilia penghuni tanah efisien, dan
nampaknya membantu tengkorak dan rahangnya tetap kaku.
Karena kehidupan bawah tanahnya, mata
sesilia berukuran kecil dan ditutupi kulit yang melindunginya dimana
hal ini membuat salah pengertian bahwa sesilia buta. Hal ini tidak mesti
benar, meskipun penglihatannya terbatas pada persepsi gelap-terang
sederhana. Semua sesilia memiliki sepasang tentakel yang berada di
anatra mata dan lubang hidung. tentakel ini mungkin digunakan untuk
kemampuan penciuman kedua, selain indera penciuman normal di hidungnya.
Kecuali spesies tak berparu-paru Atretochoana eiselti yang hanya diketahui dari dua spesimen yang dikumpulkan di Amerika Selatan, semua sesilia mempunyai paru-paru, namun juga menggunakan kulit dan mulutnya, untuk untuk menyerap oksigen.
Seringkali paru-paru kiri lebih kecil daripada paru-paru kanan, suatu
adapatsi kepada bentuk tubuh yang juga ditemukan pada ular.
Sesilia menyukai tempat-tempat yang basah atau lembap. Tepi-tepi
sungai atau parit, di bawah tumpukan batu, kayu atau serasah yang
bertimbun; dan di dekat kolam atau rawa. Makanan sesilia tidak begitu
diketahui, meskipun nampaknya terdiri atas serangga dan invertebrata
yang ditemukan di habitat masing-masing spesies. Isi perut 14 spesimen Afrocaecilia taitana
terdiri dari bahan organik dan tetumbuhan yang tak dapat ditentukan.
Dimana sisa-sisa yang dapat dikenal paling banyak, yang ditemukan adalah
kepala rayap. Meski diperkirakan bahwa bahan organik tak tentu itu menunjukkan bahwa sesilia makan detritus, yang lain percaya bahwa ini merupakan sisa-sisa cacing tanah.
Makanannya berupa serangga, cacing dan ular kawat (Typhlops). Di dalam tangkaran, sesilia mau memakan lalat yang dimatikan atau yang dilumpuhkan dan ditaburkan ke dalam kandangnya.
Sedikit yang diketahui tentang sejarah evolusi sesilia, yang hampir tidak meninggalkan catatan fosil.
Yang diperkirakan dari sedikit fosil adalah bahwa mereka hanya sedikit
berubah selama jutaan tahun. Fosil paling awal yang diketahui berasal
dari periode Jurasik. Genus primitif ini, Eocaecilia, memiliki kaki kecil dan mata yang berkembang baik.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar